Para pembaca yang dimuliakan Allah, semoga Allah senantiasa memberikan hidayahNya kepada kita dan dikokohkan diatas jalan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salaful Ummah, banyak mungkin diantara kita belum tahu bagaimana sikap kita terhadap pelaku bid’ah dari kalangan kaum muslimin, itu tiada lain tidak adanya atau kurangnya perhatiannya terhadap Islam itu sendiri dengan pemahaman para salaf kita terdahulu didalam menjaga agama ini dari kekaburan dan penyimpangan, padahal Allah sudah jelas-jelas memerintahkan kita agar memahami Islam ini secara kaffah, sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).
Para pembaca yang dimuliakan Allah, penulis ingin memberikan sebuah sikap dan gambaran/potret salaf terhadap para pelaku bid’ah yang diarahkan kepada tokoh-tokoh bid’ah…
Maka,
Sesungguhnya seorang Muslim pasti akan merasakan kesedihan jika terdapat/terdengar kematian seorang ulama dan da’i dari kalangan Ahlus sunah dan bergembira dengan kematian Ahlul bid’ah, pelaku kesesatan, dan para da’i yang menyeru kepada kebatilan, terlebih lagi kepada pemimpin kesesatan, peletak serta pelopornya, bahagia dengan kebinasaan mereka, dipatahkan pena mereka, dan tersingkap pemikiran-pemikiran mereka yang mengaburkan manusia dari syari’at yang agung ini.
Para salaf tidak cukup dengan memperingatkan orang-orang seperti mereka diwaktu hidup saja, apabila mereka meninggal juga mengucapkan tarahhum, menangis, namun mereka menjelaskan keadaan mereka setelah kematian mereka, menampakkan kegembiraan dengan kematian mereka, memberitakan sebagian mereka kepada sebagian lain.
Didalam Shahiihain dari hadits Abu Qataadah Al Anshaari ,bahwa Nabi shalallahu’alahi’alahi wasallam bersabda tentang kematian orang-orang seperti mereka ,
” Para hamba-hamba, Penghuni suatu negri, pepohonan dan binatang telah merasa tenang darinya…”
Bagaimana seorang muslim tidak bahagia dengan kematian orang yang menyakiti Para hamba dan Orang yang merusak suatu negri..?
Ketika sampai berita kematian Al Mariysy seorang tokoh sesat, ketika itu Bisyir ibn Al Haarits berada dipasar , lalu berkata :
” Seandainya ini bukan tempat keramaian, niscaya kita akan sujud, bersyukur atas kematiannya, segala puji bagi Allah yang telah mematikannya¹.”
Dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hambal Seseorang yang merasa bahagia dengan apa yang menimpa Ibnu Abi Du ‘ad, apa dia berdosa dengan demikian..! maka beliau menjawab ; Siapa yang tidak bahagia !!!²
Berkata Salamah Ibnu Syabiib :
Dulu ketika aku berada dekat Abdur Razzaq As Sha’aani tersiar berita kematian Abdul Majid, maka beliau ucapkan ” Segala puji bagi Allah yang menjadikan umat Muhammad tenang darinya”.³
Abdul Majid ini adalah putra dari Abdul Aziz Ibnu Abi rauaad salah seorang pembesar sekte Irja’
Tatkala sampai berita kematian Wahab Al qurasyi ” Seorang tokoh kesesatan dan menyesatkan” kepada Abdurrahman Al Mahdi beliau berkata : Segala puji bagi Allah yang kaum muslimin telah tenang darinya.⁴
Berkata Ibnu Katsir pada pada “Bidayah wa Nihayah” tentang salah seorang tokoh kesesatan :
“Allah telah memberikan ketenangan untuk muslimin darinya ditahun ini dibulan Dzulhijjah dan telah dikuburkan di negerinya dan dipindahkan ke pemakaman kaum Quraisy, milik Allah lah pujian dan kenikmatan”.⁵
Ketika dia meninggal maka kaum muslimin bahagia sekali, mereka menampakkan rasa syukurnya kepada Allah tidaklah seorangpun merasakan kecuali memuji Allah Azza wajalla,
Beginilah pandangan salaf menyikapi kematian tokoh-tokoh bid’ah dan Pelaku Kesesatan.
Terkadang ada sebagian manusia tidak sepakat dan menentang hal ini, dengan dalil apa yang dinukilkan Ibnu Qayyim rahimahullah tentang pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ” Pernah suatu ketika aku beritakan kabar gembira kepada beliau kematian orang yang menyakiti dan memusuhi beliau, maka beliau melarangku,mengingkari, dan Beliaupun beristi’ja’ “⁶
Namun siapa yang memperhatikan ucapan beliau maka tidak ada terdapat pertentangan dua perkara tersebut, karena diantara kelebihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah tidak membalas untuk dirinya, oleh karena itu jika ada murid beliau datang berita gembira kematian seorang khusumat beliau, maka beliau melarang dan mengingkari, Karena seorang murid menampakkan kegembiraan kematian khusumatnya, bukan karena keadaan dia sebagai tokoh kebid’ahan dan kesesatan.
Berdasarkan ini pula amat disayangkan bagi kaum muslimin, mereka bersedih dan menangis dengan kematian salah seorang seperti mereka,mereka berdo’a agar Allah mengantikan yang seperti mereka, “Semoga Allah tidak memperkenankan do’anya”.
Maka orang-orang seperti ini yang dikhawatirkan atas agama mereka jika mereka mengetahui kesesatan mereka. Karena tidak ada seorang muslim yang takut dan cemburu kepada agama Allah kecuali dia merasa bahagia dengan kematian yang dia mengetahui dengan keberadaanya menghancurkan agama ini,dengan kematian mereka maka telah runtuhlah poros diantara porosnya.
Kita bermohon kepada Allah kegembiraan dengan kebinasaan seorang da’i yang menyeru kepada kesesatan, dan memperlihatkan yang haq itu adalah haq dan mengikutinya,dan memperlihatkan yang bathil itu adalah bathil dan menjauhinya dan mengokohkan kita diatas agamanya serta berpegang kepada Al-Qur dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
_____________
1. Taarikh bagdad, jilid 7, hal ; 70
Lisaanul ‘miizan, Jilid 2, hal ; 308
2. As Sunnah lil khallal, jilid 5, hal ; 121
3. Siyaar a’laanubalaa’ jilid 9,hal; 434
4. Lisaanul ‘arab Libni Hajar rahimahullah, jilid 8,hal; 402, namanya: Wahab bin Wahab bi Wahab bin kabiir, seorang pemalsu hadits Nabi Shallahu’alaihi wasallam
5. Bidayah wa Nihayah oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah : Jilid ke- 12 hal 338
6 . Madaarijus Salikin jilid ke -2 hal 345