MENCINTAI RASULLULLAH ﷺ

Bismillahirrahmannirrahim.

Sahabat muslim yang dirahmati oleh Allah ta’ala, tentunya mencintai nabi kita muhammad shollaullahu alaihi wasallam merupakan bagian dari akhlak dan adab seorang muslim. Bahkan seorang muslim tidak akan pernah merasakan lezatnya keimanan, sampai kecintaannya kepada Rasullullah senantiasa ada didalam hatinya. Dan hal ini sebagaimana yang dikabarkan didalam hadits

Dari sahabat anas bin malik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

. “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. (2) Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagai-mana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” [bukhori & muslim ]

Maka mencintai nabi muhammad adalah kewajiban bagi setiap muslim. Bahkan kecintaan kita kepada Nabi muhammad shollaullahu alaihi wasallam haruslah dikedepankan dari kecintaan kepada siapapun yang ada dimuka bumi ini. Dan termasuk dari kesempurnaan iman yaitu kita menjadikannabi kita muhammad shollaullahu alaihi wa sallam lebih kita vintai daripada kedua orang tua kita. Bahkan diri kita sendiri. Hal ini sebagaimana disebutkan didalam hadits, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”.[ Bukhori ]

Dan juga dijelaskan didalam hadits dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.

“Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’” [ Bukhori ( 6632 )]

Maa syaa Allah, beginilah seharusnya keimanan seorang muslim dibangun, yaitu semantiasa menjadikan Rasulullah sebagai manusia yang paling utama dan dia cintai didalam hidupnya. Karena inilah yang di perintahkan oleh Allah ta’ala.

 

” Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”. [al Ahzab : 6].

Akan tetapi terkadang kecintaan kita yang terlalu besar ini tidak mengantarkan kita kepada hal hal yang dicintai oleh rasullullah shollaullahu alaihi wasallam. Karena kebanyakan kita mencintai nabi muhammad shollaullahu alaihi wasallam dengan tidak dibangun dia atas ilmu atau pemahaman yang benar. Padahal tentunya berbeda keadaan orang yang berilmu dg yang tidak berilmu didalam amalannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah, ‘tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar[39; 9)

 

Cara mencintai rasullullah

1. Membangun kecintaan kepada Nabi muhammad diatas kecintaan kepada Allah ta’ala.

Tidaklah kita mencintai nabi kecuali kita membangun kecintaan itu di atas kecintaan kepada Allah ta’ala. Janganlah seperti orang – orang jahiliyah, dimana mereka mencintai rasul yang diutus kepada mereka akan tetapi mereka tidak membangunnya diatas ilmu. Sehingga mereka tidak mengetahui batasan batasannya, sampai menjadikan Rasul mereka sebagai anak tuhan atau mentuhankan rasul tersebut.

Al imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan :

“Semua kecintaan dan pengagungan kepada manusia diperbolehkan hanya karena ikut kepada kecintaan Allah dan pengagunganNya, seperti cinta dan pengagungan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kecintaan tersebut merupakan kesempurnaan mencintai dan mengagungkan Dzat yang mengutusnya, karena umatnya mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena Allah mencintainya. Merekapun mengagungkan dan memuliakan beliau, karena Allah memuliakannya”.

[ Jala’ al Afhaam fi Fadhli ash Shalat wa as Salam ‘ala Khairil Anam, Ibnul Qayyim, tahqiq Zaid bin Ahmad an Nasyiri, Cet. Pertama, Th. 1425H, Dar ‘Alam al Fawaaid, hlm. 205].

2. Mengikuti ajaranya dan menjadikanya suri tauladan didalam segala hal. Serta mencintai sunnahnya.

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman :

Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Nama Allah.” [Al-Ahzaab: 21]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu, Allah تَبَارَكَ وَتَعَالَى memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya k ketika perang Ahzaab. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepada beliau hingga hari Kiamat.”[ Tafsiir Ibni Katsir (III/522-523), cet. Daarus Salaam.)

Dan juga termasuk didalamnya adalah mengikuti nabi shollaullahu alaihi wasallam didalam beragama dan tata cara beribadah kepada Allah. Karena merupakan bahian dari kecintaan kepada Allah adalah mengikuti nabi kita muhammad shollaullahu alaihi wasallam.

Allah Ta’ala telah berfirman tentang Nabi-Nya,

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah menyayangimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran :31)

Oleh karena itu, seseorang yang mencintai nabi muhammad adalah seseorang yang senantiasa menghidupkan sunnah sunnah mabi shollaullahi alaihi wa sallam. Karena orang yang membenci sunnah nabi maka dia tidak dikatakan sebagai orang yang cinta kepada nabi. Bahkan dia akan dikeluarkan dari kelompoknya nabi shollaullahu alaihi wa sallam.

Nabi shollaullahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتَيِ فَلَيْسَ مِنِّي

“Barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari 2697 dan Muslim 1719/118)

3.mengikuti perintahnya dan menjauhi larangnnya.

Tentunya bagian dari kecintaan kita lepada Rasullullah adalah tunduk dan patuh terhadap perintahnya dan senantiasa menjaga diri untuk tidak terjatih kedalam hal – hal yang telah dilarang oleh rasullullah ahollaullahu alaihi wasallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Yang wajib bagi orang semisal mereka adalah, mengetahui bahwa kecintaan dan pengagungan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya bisa terwujud dengan membenarkan seluruh berita beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah, mentaati perintah dan mencontoh beliau, serta mencintai dan loyal kepadanya, tidak mendustakan ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan (tidak) berbuat syirik serta bersikap berlebihan terhadap beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[ Huquq al Nabi (1/291)]

Oleh karena itu Allah ta’ala memerintahkan kita untuk taat kepada nabi muhammad shollaullahu alaihi wasallam.

Allah swt telah berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيم قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Artinya:
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.” ( Ali Imran: 31-32)

firman Allah.

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan”. [Al-Hasyr/59 : 7]

Oleh karena itu keta’atan kepada rasullullah adalah suatu hal yang wajib bagi setiap muslim. Karena keta’atan kepada nabi adalah bentuk keta’atan kepada rasullullah shollaullahi alaihi wa sallqm.

firman-Nya.

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. [An-Nisaa/4 : 80]

Hal ini juga disebutkan didalam hadits dari sahabat abu hurairah radhiyaullahu ‘anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ،

“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah.” [bukhori dan muslim ]

Maka beruntunglah orang yang senantiasa taat kepada nabi shollaullahu alaihi wasallam. Karena merela termasuk dari orang orang yang dimasukkan kedalam jannah ( syurga)

dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى، قيل ومن يأبى يا رسول الله؟! قال: من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أبى

“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga“( bukhori )

Inilah cara kita mencintai Rasulullah shollaullahu alaihi wasallam, yaitu senantiasa menjaga diri kita dari segala hal yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah serta menjadikan diri kita sebagai pejuang – pejuang sunnah yang senantiasa menghidupkan dan menjaga sunnah nabi sholaullahu alaihi wa sallam .

Waullahu alam bi showab.

Ustadz. Khalil gibran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *